SEBELUM SENJA MENJEMPUT
Hari ini
terdengar kamu memanggil namaku dengan penuh kasih dan tulus. Aku masih bisa
merasakannya. Namun, saat itu juga aku merasakan bahwa kehangatanmu memang
untuk semua orang yang kamu kenal dengan baik. “Daniel, apa yang kamu lakukan?”,
tanya Mia. “Aku membuatkanmu secangkir teh, sahut Daniel”.
Melihat Daniel membuatku tersadar bahwa pandangan,
senyum, dan tawa yang diberikannya pada Mia berbeda denganku. Kehangatan sebagai
teman yang diberikan padaku, tetapi kehangatan yang diberikan pada Mia sebagai
kekasihnya.
Pertemanan kami dimulai karena kesukaan kami
terhadap rasa, aroma, dan manfaat dari teH. Mengaguminya untuk sekarang
bukanlah hal yang salah. Aku sadar bahwa Mia dan Daniel masih berpacaran dan
belum berkeluarga. Terlintas bahwa aku dapat merebutnya dari Mia.
Sebelum senja menjemput aku diberikan teh oleh
Daniel dan ditambahkan satu bunga mawar yang cantik di tengah teh, yang
menambah rasa di dalamnya. “Ini untukmu, kata Daniel”. “Menurutmu, mengapa teh
memiliki rasa yang khas?” Pertanyaannya membuatku terkejut, aku pun menjawab, “Aku
juga tidak mengetahuinya, apakah kamu mengetahuinya?”. Rasa khasnya tercipta
karena kamu mengenalnya, mempercai rasanya, dan menjaganya. Tentu bukanlah hal
yang mudah untuk bisa menjaga rasa yang sama ketika berada dalam satu gelas teh
yang sama. Terimakasih karena mau berada bersamaku dalam satu gelas yang sama. Kita
akan terus saling menjagakan?. Aku bukanlah orang yang mudah mengerti kalimat
bias yang dilontarkan Daniel.
Sore itu aku berjanji akan menjaga pertemanan
kami lebih baik dari pada hal lain yang mengganggu pertemanan kami. Aku berterimakasih
padanya karena menyelamatkanku dari rasa ini, dengan cara yang keren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar